Kerajaan Bali
Menurut sejarah, Kerajaan Bedahulu merupakan kerajaan Bali pertama yang berdiri. Meski belum banyak yang tahu tentang sejarah Kerajaan Bali, bisa dipastikan Kerajaan Bedahulu atau Bedulu merupakan kerajaan pertama di provinsi Bali.
Berikut Ini Telah Kami Kumpulkan Yang Bersumber Dari Laman https://memphisthemusical.com/ Yang Akhirnya Saya Tuliskan Disini.
Kerajaan Bali berasal dari abad ke-8 sampai abad ke-14 dan berpusat di Pejeng atau Bedulu, Gianyar. Banyak cerita yang mengatakan bahwa Kerajaan Bedahulu diperintah oleh salah satu kelompok bangsawan yang dikenal dengan Dinasti Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa.
Sejarah Kerajaan Bali
Menurut prasasti yang ditemukan, kerajaan Bali diperintah oleh raja-raja dari dinasti Warmadewa. Raja paling terkenal adalah Dharmodhayana Warmadewa, yang memerintah sejak 989. Dharmodhayana Warmadewa memerintah Kerajaan Bali bersama istrinya Mahendradatha atau Gunapriyadharmaptani hingga 1001.
Ketika permaisuri meninggal, raja Dharmodhayana Warmadewa tetap berkuasa hingga 1011 M. Dan kemudian dia meninggal dan dijadikan kuil di Banu Wka, yang keberadaannya masih belum diketahui.
Dharmodhayana dan Mahendradatha memiliki anak laki-laki bernama Airlangga, Marakat dan Anak Wungsu. Anak tertua, Airlangga, kemudian menikah dengan seorang putri raja di pulau Jawa. Kemudian tahta Kerajaan Bali diteruskan kepada Pangeran Marakata, yang menyandang gelar Dharmodhyana Wangsawardhana Marakata Panjakasthana Uttunggadewa dari tahun 1011 hingga 1022.
Pangeran Marakata sangat memperhatikan rakyatnya sehingga dia sangat dihormati di kerajaan. Sebagai wujud kepeduliannya terhadap masyarakat kerajaan, Pangeran Marakata membangun prasada di Gunung Kawi yang berada di dekat Istana Tampak Siring.
Bangunan ini memiliki ciri unik yang diukir di atas batu gunung yang berbentuk seperti pura, dan bagian dasarnya adalah gua pertapaan.
Setelah kematian Marakata, tahta kerajaan diwariskan kepada adik laki-lakinya Anak Wungsu dari tahun 1049 hingga 1077. Selama masa pemerintahannya, Anak Wungsu membuat 28 prasasti, yang sebagian besar merupakan prasasti tentang raja-raja yang pernah memerintah sebelumnya. Namun Anak Wungsu sendiri tidak memiliki keturunan dan meninggal dunia dan kemudian dimakamkan di daerah Gunung Kawi.
Pada tahun 1430 Kerajaan Bali diperintah oleh Raja Dalem Bedaulu dan kemudian jatuh dari Majapahit ke tangan Gajah Mada.
Penyebab runtuhnya Kerajaan Bali
Kerajaan Bali runtuh menyusul penyelidikan oleh penguasa Gajah Mada, yang saat ini sedang memperluas wilayahnya hingga ke Nusantara. Pertama, Patih Gajah Mada mengundang Raja Kerajaan Bali untuk merundingkan pengalihan wilayah kerajaan ke Majapahit. Oleh karena itu, penguasa Kebo Iwa dikirim ke Majapahit untuk berdamai.
Namun, ternyata Kebo Iwa tewas tanpa sepengetahuan kerajaan Bali. Kemudian Kerajaan Majapahit mengirim Patih Gajah Mada untuk pura-pura bernegosiasi bersama. Dan rencana Kerajaan Majapahit pun berhasil membunuh Raja Gajah Waktra setelah Kerajaan Bali berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Kehidupan politik Kerajaan Bali
Sekitar awal 989-1011 Kerajaan Bali diperintah oleh Udayana. Berdasarkan salah satu prasasti, Udayana menjalin hubungan baik dengan Dinasti Isyana di Jawa Timur, karena ratu Udayana bernama Gunapriya Dharmapatni adalah keturunan dari Mpu Sindok. Setelah kematiannya, kerajaan Bali digantikan oleh putranya yang bernama Marakata.
Pada masa pemerintahan Marakata, rakyat mendapat julukan raja yang karena kemurahan hatinya menjadi sumber kebenaran hukum dan senantiasa melindungi rakyatnya. Setelah kematiannya, Kerajaan Bali kemudian diperintah oleh adik laki-lakinya Anak Wungsu dan kemudian raja terbesar dari dinasti Warmadewa.
Selama kepemimpinannya, Anak Wungsu berhasil menjaga kestabilan kerajaan dengan mengatasi berbagai gangguan baik di dalam maupun di luar wilayah kerajaan. Anak Wungsu dalam kepemimpinannya didukung oleh seorang penasehat pusat yang dikenal sebagai pakirankiran i jro makabehan.
Dewan penasihat terdiri dari Senapati dan para pendeta Siwa dan Buddha, yang tugasnya memberikan tafsir dan nasihat kepada raja tentang berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Senapati kemudian bertugas di peradilan dan pemerintahan, dan para pendeta memiliki tugas untuk mengurus masalah sosial dan agama.
Kehidupan ekonomi Kerajaan Bali
Pertanian merupakan andalan kerajaan Bali dalam kegiatan ekonominya. Berdasarkan prasasti yang ditemukan memuat berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan pertanian.
Namun, selain ketergantungan penduduk Kerajaan Bali pada sektor pertanian, ada kegiatan lain yang juga dicatat yaitu:
Pande (pandai = pengrajin)
Seorang pande memiliki pengalaman dalam mengubah emas dan perak menjadi kerajaan perhiasan. Biasanya kerajinan tangan berupa barang rumah tangga, alat pertanian, dan senjata.
Undagi
Sebuah undagi adalah masyarakat yang akrab dengan seni pahat, seni lukis dan arsitektur.
Dealer
Selain Pande dan Undagi, masyarakat Kerajaan Bali juga bergantung pada sektor perdagangan. Saat itu perdagangan dibagi menjadi pedagang laki-laki yang disebut Wanigrama dan pedagang perempuan disebut Wanigrami. Dalam prasasti Banwa Bharu, mereka bisa berdagang antar pulau.
Kehidupan sosial dan budaya Kerajaan Bali
Terdapat beberapa landasan dalam struktur kehidupan masyarakat yang berkembang pada masa kerajaan Bali kuno, diantaranya:
- Sistem seni berbeda melalui sistem seni istana dan sistem seni rakyat.
- Sistem kasta (Caturwarna)
- Sistem pewarisan
- Agama dan Keyakinan
Warisan Kerajaan Bali
Berikut ini adalah beberapa peninggalan kerajaan Bali diantaranya:
- Prasasti Blanjong
- Prasasti Panglapuan
- Prasasti Gunung Panulisan
- Prasasti warisan Son Wungsu
- Candi Padas di Gunung Kawi
- Pura Agung Besakih
- Kuil Massening
- Candi Wasan.
Raja Kerajaan Bali
Raja-raja berikut telah mengarahkan pekerjaan Bali, termasuk:
1. Sri Kesari Warmadewi
Prasasti Blanjong memuat nomor dari tahun 914, yang menyebutkan istana kerajaan di Singh Scheduleawa.
2. Ratu Sri Ugrasena
Memerintah dari tahun 915 hingga 942, di mana istananya pada saat itu berada di Singhamandawa. Ada peninggalan 9 prasasti pada masa pemerintahan Ratu Sri Ugrasena. Prasasti biasanya berisi pengecualian pajak di daerah tertentu. Namun, ada juga prasasti yang menceritakan tentang pembangunan tempat suci. Ketika meninggal, Ratu Sri Ugrasena didoakan di Air Mandatu.
3. Tabanendra Warmadewa
Raja Tabanendra Warmadewa pernah memerintah kerajaan Bali antara tahun 955 dan 967 M.
4. Jayasingha Warmadewa
Dalam perjalanannya, Raja Jayasingha membuat telaga atau pemandian dari mata air suci di desa Manukraya. Namun sekarang pemandian tersebut lebih dikenal dengan nama Tirta Empul yang letaknya di dekat Tampaksiring. Raja Jayasingha Warmadewa sendiri memimpin Kerajaan Bali hingga 975 M.
5. Jayashadu Warmadewa
Raja Janasadhu Warmadewa memerintah kerajaan Bali dari tahun 975 hingga 983.
6. Sri Wijaya Mahadewi
Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Ratu Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi berasal dari Kerajaan Sriwijaya. Ada yang menduga ratu itu adalah putri Empu Sindok (Jawa Timur). Pernyataan ini didasarkan pada berbagai posisi dalam prasasti Ratu Wijaya yang biasa disebutkan dalam prasasti Jawa dan tidak dikenal di Bali, seperti Makudur, Madihati, dan Pangkaja.
7. Dharma Udayana Warmadewa
Kerajaan Bali yang dipimpin oleh Raja Dharma Udayana Warnadewa berada pada puncak kejayaannya. Raja memimpin kerajaan dengan permaisuri bernama Mahendradatta, putri seorang raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Itulah sebabnya budaya Jawa semakin berkembang di Bali.
Raja Udayana dan Permaisuri memerintah kerajaan Bali sampai tahun 1001 M karena Gunapriya wafat dan kemudian dilakukan sembahyang di Burwan. Setelah itu, Udayana memerintah perburuhan hingga tahun 1011 M. Dan akhirnya dia meninggal dan kemudian dimandikan di Banuwka.
8. Marakata
Raja Marakata bergelar Dharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunggadewa pada saat itu. Raja Marakat memimpin dari tahun 1011 hingga 1022.
Prabu Marakata dijuluki Sumber Kebenaran Hukum karena selalu melindungi dan merawat rakyat kerajaan. Karena sikapnya yang sangat dermawan, Marakata sangat dihormati dan dihormati oleh rakyatnya. Raja yang murah hati juga membangun pura atau persada di Gunung Kawi di daerah Tampaksiring Bali.
9. Putra Wungsu
Raja Anak Wungsu bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah dan Burwan Bhatara Lumah dan Banu Wka. Raja Wungsu adalah yang paling banyak meninggalkan prasasti, total lebih dari 28 prasasti yang tersebar di Bali Utara, Bali Tengah dan Bali Selatan. Masa pemerintahannya adalah 28 tahun dari 1049 sampai 1077. Raja ini sering dilihat sebagai titisan Dewa Wisnu.
10. Jaya Sakti
Raja Jaya Sakti memerintah kerajaan dari tahun 1133 sampai 1150 M, bersamaan dengan pemerintahan Jayabaya di Kediri. Dalam administrasinya, Jaya Sakti menggunakan kitab hukum yaitu Kitab Utara Widdhi Balawan dan Kitab Rajawacana.
11. Lanjutkan
Sri Astasura Ratna Bhumi Banten atau yang dikenal dengan nama Bedahul memimpin kerajaan Bali pada tahun 1343. Dalam sistem pemerintahan, kerajaan didukung oleh dua patihnya, Kebo Iwa dan Pasunggrigis. Bed sebelumnya merupakan raja termuda karena kerajaan tersebut berhasil ditaklukkan oleh Gajah Mada pada masa pemerintahannya dan kerajaan tersebut menjadi wilayah Kerajaan Majapahit.
Lihat Juga: Alight Motion Pro