Pemerintah perlu segera atasi ketimpangan akses digital di Indonesia
Pemerintah harus mengatasi masalah ketimpangan akses digital antara berbagai wilayah di kepulauan, yang masih terganggu oleh masalah kondisi geografis yang berbeda terkait dengan populasi di negara ini.
Irine Yusiana Roba Putri, Anggota Komisi X DPR, mengatakan dalam siaran persnya pada hari Senin bahwa infrastruktur digital saat ini tidak terdistribusi secara merata dan menjangkau semua kelompok, menjadikannya lebih sentral untuk mempromosikan partisipasi pemuda dalam politik di kota-kota besar.
Politisi PDIP juga percaya bahwa akses digital masih dianggap sebagai barang mewah bagi kebanyakan anak muda, terutama mereka yang tinggal di Indonesia Timur.
“Bagi mereka yang sudah memiliki akses, tantangan berikutnya adalah literasi digital sehingga mereka dapat memilah informasi yang dapat dipercaya, layak dibagikan, dan menghasilkan konten berkualitas tinggi,” katanya.
Dia mengatakan dia telah berpikir tentang mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum untuk menciptakan generasi yang dapat bertanggung jawab atas akses digital di tangan mereka.
Seperti diberitakan, Menteri Koordinasi Ekonomi Darmin Nasution mengatakan pada Digital
Economic Briefing 2017 di Jakarta pada Kamis (16 November) bahwa potensi ekonomi digital bukan tanpa hambatan.
“Beberapa kendala adalah infrastruktur yang tidak merata, regulasi yang perlu segera disesuaikan, dan struktur industri masih tergantung pada impor. Kita harus mencari solusinya,” kata Darmin Nasution.
Potensi ekonomi digital dibuktikan dengan jumlah pengguna Internet di Indonesia
sebesar 132,7 juta berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyedia Layanan Internet Indonesia (APJII) pada 2016. Sebagian besar pengguna berada di Pulau Jawa (86,3 juta).
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia untuk Keadilan Global (IGJ), Rachmi Hertanti, mengatakan bahwa liberalisasi sektor ekonomi digital, khususnya e-commerce, seharusnya tidak hanya menguntungkan pemain utama.
“Sementara pasar e-commerce kami besar, persentase penguasaan pemain
lokal masih rendah. Selain itu, pasar yang ada masih didominasi oleh barang asing daripada barang lokal,” kata Rachmi Hertanti.
Menurut Rachmi, bagian dari sektor ekonomi digital masih didominasi oleh pemain besar, dan bisnis lokal kecil tidak menikmati bagian kue secara langsung.
Baca Juga :